Oleh Tobaroni
A.
PENDAHULUAN
Hakikat-hakikat yang tinggi dalam makna dan
tujuannya akan menampilkan gambarannya secara lebih menarik, jika dituangkan
dalam kerangka retorika yang indah. Dengan analogi yang benar, ia akan lebih dekat
kepada pemahaman suatu ilmu yang telah diketahui secara yakin. Tamtsil
(perumpamaan) merupakan kerangka yang dapat menampilkan makna-makna dalam
bentuk yang hidup di dalam pikiran. Biasanya dilakukan dengan metode
“mempersonifikasikan” sesuatu yang ghaib dengan yang hadir, yang absrak dengan
yang kongkrik, atau dengan menganalogikan sesuatu hal dengan hal yang serupa.
Dengan tamtsil berapa banyak makna yang asalnya baik, menjadi lebih
indah, menarik dan mempesona. Karena itu tamtsil dianggap lebih dapat mendorong
jiwa untuk menerima makna yang dimaksudkan, dan membuat akal merasa puas.
Tamtsil adalah salah satu metode al-Qur’an dalam mengungkapkan berbagai
penjelasan dan segi-segi kemukjizatannya.
Ibnu Qayyim mendefenisikan amtsal Qur’an dengan menyerupakan sesuatu
dengan sesuatu yang lain dalam hukum dan mendekatkan sesuatu yang abstrak
dengan yang indrawi atau mendekatkan salah satu dari dua mahsus dengan yang
lain dan menganggap salah satunya itu sebagai yang lain.[1][1]
B.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Amtsal
Amtsal adalah bentuk jamak dari matsal.
Kata matsal, mitsl dan matsil serupa dengan syabah, syibh dan syabih, baik
lafazh maupun maknanya. Amsal dalam sastra adalah penyerupaan suatu keadaan
dengan keadaan yang lain, demi tujuan yang sama, yaitu menyerupakan sesuatu
dengan yang aslinya. Contohnya : “ rubba
ramiyah min ghairi ramin”. Maksudnya berapa banyak musibah diakibatkan oleh
kesalahan pemanah. Orang yang pertama mengatakan seperti ini adalah Hakam bin
Yaghuts al-Naqri, membuat perumpamaan orang yang salah dengan musibah walaupun
kadang-kadang benar.[2][2]
Amtsal juga digunakan untuk mengungkapkan suatu keadaan dan kisah yang
menakjubkan. Dengan makna inilah lafaz amtsal
ditafsirkan dalam banyak ayat.
Amtsal
adalah bentuk jamak dari masal. Kata masal,
misl dan masil adalah sama dengan syabah,
syibh dan syabih, baik lafaz maupun maknanya.[2]
Amsal
menurut pengertian istilah (terminologi) dirumuskan oleh para ulama
yaitu:
a. Menurut Rasyid Ridha
Amtsal adalah kalimat yang digunakan
untuk memberi kesan dan menggerakkan hati nurani. Bila didengar terus,
pengaruhnya akan menyentuh lubuk hati yang paling dalam.
b. Menurut Ibn Al-Qayyim
Mendefinisikan amtsal Qur’an dengan
”menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya, dan
mendekatkan sesuatu yang abstrak (ma’qul) dengan sesuatu yang konkret, atau
salah satu dari keduanya dengan yang lainnya.”
c. Menurut Muhammad Bakar Isma’il
Amtsal Al-Qur’an adalah mengumpamakan
sesuatu dengan sesuatu yang lain, baik dengan jalan isti’arah, kinayah, atau
tasybih.
Secara bahasa kata amtsal adalah bentuk jamak dari matsal, mitslu dan matsil. Kata ini
memiliki makna yang sama dengan kata syabah, syibh dan syabih.
d. Menurut Ibnul Qoyim
إِنَّهُ إِبْرَازُ الْمَعْنَى فِي صُوْرَةٍ
حِسِّيَةٍ تَكْسِبُهُ رَوْعَةً وَ جَمَالًا
Mengungkapkan suatu makna yang abstrak
dalam bentuk sesuatu yang konkret/nyata yang elok dan indah.
Contohnya seperti ungkapan الْعِلْمُ نُوْرٌ (ilmu itu cahaya). Dalam hal ini menyamakan antara ilmu yang bersifat
abstrak dengan cahaya yang konkret, yang bisa diindera oleh
penglihatan. Tidak harus selalu ada asal cerita atau majaz murakkabnya.
Menurut Ibnu Qayyim (dalam Manna Kholil,
1992: 400): Amtsal adalah
menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hukum, mendekatkan yang
logis kepada yang indrawi atau salah satu dari dua indra dengan yang lain
karena adanya kemiripan.[3]
Jadi,
Amtsal itu adalah menonjolkan makna dalam bentuk perkataan yang menarik, padat
dan mempunyai pengaruh mendalam terhadap jiwa.
Pengertian
amtsal secara bahasa ini ada tiga macam, yaitu :
a. Perumpamaan, gambaran atau perserupaan
b. Cerita atau kisah, jika keadaannya sangat menakjubkan
c. Sifat, keadaan atau tingkah laku.
Sedangkan
menurut beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ulama sesuai bidang
ilmunya yaitu:[i]
a. Menurut ulama ahli ilmu adab:
وَالْمِثْلُ فِي الْأَدَبِ قَوْلٌ
مُحْكِيٌّ سَائِرٌ يُقْصَدُ بِهِ تَشْبِيْهُ حَالِ الَّذِي حُكِىَ فِيْهِ بِحَالِ
الَّذِي قِيْلَ لِأَجْلِهِ.
Mitslu dalam ilmu adab adalah ucapan yang
disebutkan untuk menggambarkan ungkapan lain yang dimaksudkan untuk menyamakan
atau menyerupakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan keadaan sesuatu yang
dituju.
Maksudnya adalah menyerupakan hal yang
disebutkan dengan asal ceritanya. Jadi Amtsal/mitslu menurut pengertian
ini harus ada asal ceritanya loh. Contohnya yaitu pada ucapan orang Arab: رُبَّ رَمِيَّةٍ مِنْ غَيْرِ رَامٍ (betapa banyak lemparan panah yang mengena tanpa sengaja)
artinya yaitu betapa banyak lemparan panah yang mengenai sasaran yang dilakukan
oleh seorang pelempar yang biasanya tidak tepat lemparannya. Orang pertama yang
mengucapkan amtsal ini adalah al-Hakam bin Yagus an-Nagri. Beliau berkata
kepada orang yang biasanya berbuat salah tapi kadang-kadang berbuat benar.
e. Menurut ulama ahli ilmu bayan:
الْمَجَازُ الْمُرَكَّبُ الَّذِي
تَكُوْنُ عَلَاقَتُهُ الْمُشَابِهَةُ مَتَى فَشَا إِسْتِعْمَالُهُ
Yaitu majas/kiasan yang majemuk yang
keterkaitan antara yang disamakan dengan asalnya adalah penyerupaan.
2.
Sejarah Perkembangan Amtsal
Al-Qur’an
Orang
yang kali pertama mengarang ilmu amtsalil Qur’an ialah Syekh Abdur Rahman
Muhammad bin Husein An-Naisaburi (wafat 406 H) dan dilanjutkan oleh Imam Abdul
Hasan Ali bin Muhammad Al-Mawardi (wafat 450 H). Kemudian dilanjutkan Imam
Syamsuddin Muhammad bin Abi Bashrin Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah (wafat 754 H).
3.
Macam-Macam Amtsal
Al-Qur’an
Amtsal didalam Al-Qur’an ada tiga macam
yaitu berikut ini.
a. Amtsal Musharrahah
Yang dimaksudkan dengan amsal musharrahah adalah amsal yang
jelas, yakni yang jelas menggunakan kata-kata perumpamaan atau kata yang
menunjukkan penyerupaan (tasybih)
contohnya:
أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً
فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَابِيًا ۚ
وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيْهِ فِي النَّارِ ابْتِغَاءَ حِلْيَةٍ أَوْ مَتَاعٍ
زَبَدٌ مِثْلُهُ ۚ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ ۚ فَأَمَّا
الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً ۖ وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي
الْأَرْضِ ۚ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَال
Artinya :
“Allah telah menurunkan air (hujan)
dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus
itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur
dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti
buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang
bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya;
adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” (QS. Ar-Ra’d : 17)[4]
Wahyu yang diturunkan untuk menghidupkan
hati diumpamakan dengan air yang turun untuk menghidupkan bumi. Hati
diumpamakan sebagai bumi, sedangkan kehidupan diumpamakan sebagai
tumbuh-tumbuhan di bumi. Air yang mengalir di lembah-lembah selalu menimbulkan
buih. Begitulah petunjukan dan cahaya apabila melewati hati yang dicemari oleh
syahwat. Inilah perumpamaan air. Adapun perumpamaan api terlihat pada wa mimma yuqidun. Apabila logam
dipanaskan, kulitnya akan terkelupas sehingga terlihatlah permata yang diakibatkan
proses pemanasan. Demikian pulalah, hati seorang mukmin yang akan membuang
jauh-jauh dorongan syahwat.
b. Amtsal Kaminah
Yang dimaksud dengan amtsal kaminah adalah amtsal yang tidak menyebutkan dengan jelas
kata-kata yang menunjukkan perumpamaan,tetapi kalimat yang menunjukkan
makna-makna yang indah, menarik, dalam kepadatan reaksinya dan mempunyai
pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya.
Contoh amtsal kaminah diantaranya:
Ayat-ayat yang senada dengan perkataan:
yang artinya sebaik-baik urusan adalah pertengahannya.
a) Firman Allah mengenai sapi betina:
“Sapi betina yang tidak tua
dan tidak muda, pertengahan diantara itu…” (QS Al- Baqarah:68)
b) Firmannya tentang nafkah:
“Dan janganlah kamu
mengeraskan suaramu dalam salatmu dan jangan pula merendahkannya, dan carilah jalan tengah diantara kedua itu..” (QS
Al-Isra’:110)
c) Firmannya mengenai infaq:
“Dan janganlah kamu jadikan
tanganmu terbelenggu pada lehermu jangan (pula) terlalu mengulurkannya..” (QS
Al-Isra’:29)
c. Amtsal Mursalah
Yang dimaksud amtsal mursalah adalah kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan
lafaz tasybih secara jelas. Tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai masal.[5]
Contoh amtsal mursalah
diantaranya:
1)
“Sekarang ini
jelaslah kebenaran itu.” (QS Yusuf:51)
2)
“Tidak ada
yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain dari Allah.” QS
An-Najm:58)
3)
“Telah
diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya (kepadaku).” (QS Yusuf:41)
4)
“Dan rencana
yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri.”
(QS Fatir:43)
5)
“Kamu kira
mereka itu bersatu sedang hati mereka terpecah belah.” (QS Al-Hasyr:14)
4.
Shighot Amsalil Qur’an
Sighat Amtsalil Qur’an
terdiri dari beberapa bentuk :
a. Sighat tasybih yang jelas (tasybih ash-sharih),
yaitu sighat atau bentuk perumpamaan yang
jelas, didalamnay terungkap kata-kata mastsal (perumpamaan). Contohnya seperti
ayat 24 surah Yunus : Artinya
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan
duniawi itu adalah seperti air (hujan) yang kami turunkan dari langit.”
Dalam ayat tersebut jelas tampak adanya
lafal al-matsal yang berarti perumpamaan.
b. Sighat tasybih yang terselubung (tasybih adh-dhimni),
yaitu sighat atau bentuk perumpamaan yang
terselubung atau tersembunyi, di dalam perumpamaan itu tidak terdapat kaa
al-amtsal, tetapi perumpamaan itu diketahui dari segi artinya.
Contoh QS. Al Hujarat ayat 12 yang berarti :
“Dan janganlah sebagian dari kalian
menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kalian memakan
daging saudaranya yang sudah mati ? maka tentulah kalian merasa jijik
kepadanya.”[6]
Dalam ayat tersebut tidak terdapat
kata-kata al-matsal (perumpamaan), tetapi arti itu jelas menerangkan perumpaman
, yaitu mengumpamamakan menggunjing orang lain yang disamakan dengan makan
daging bangkai teman sendiri.
c. Sighat majaz mursal,
yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan
yang bebas, tidak terikat dengan asal ceritanya. Contohya seperti dalam ayat 73
Surat Al_hajj yang artinya
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan
maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kalian seru
selain Allah sekali – kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun
mereka bersatu untuk menciptakanya. Dan jika lalat-lalat itu merampas sesuatu
dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat
lemahnya yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah .”
d. Sighat majaz Murakkab,
yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan
ganda yang segi persamaanya diambil dari dua hal yang berkaitan, dimana
kaitanya adalah perserupamaan yang telah biasa digunakan dalam ucapan
sehari-hari yang berasal dari isti’arah tamtsiliyah. Contohnya seperti melihat
orang yang ragu-ragu akan pergi atau tidak, maka diucapkan saya lihat kamu itu
maju mundur saja
Dalam al-qur’an contohnya seperti dalam QS
Al – jum’at ayat 5 :
“seperti keledai yang membawa buku
tebal-tebal” disini keadaan keledai yang tidak bisa memanfaatkan buku dengan
baik, padahal dia yang membawa buku yang tebal-tebal itu.
e. Sighat isyti’arah tamtsisiliyyah
dengan bentuk perumpamaan sampiran atau
lirik bentuk ini hamper sama dengan majas murokkab, karena memang merupakan
asalnya. Contohnya seperti sebelum memanah harus dipenuhi tempat anak panahnya.
Contohnya dalam al-qur’an seperti daam ayat 24 QS Yunus yang artinya
“Seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin”.
5.
Faedah-Faedah Amtsal
Al-Qur’an yaitu:
a. Pengungkapan pengertian abstrak dengan bentuk konkret yang dapat
ditangkap indera itu mendorong akal manusia dapat mengerti ajaran-ajaran
Al-Qur’an. Contohnya seperti dalam ayat 264 surah Al-Baqarah yang menggambarkan
batalnya pahala sedekah yang diserupakan dengan hilangnya debu di atas batu
akibat disiram air hujan deras.
b. Matsalil Qur’an dapat mengungkapkan kenyataan dan bisa
mengkonkretkan hal yang abstrak. Contohnya seperti dalam ayat 275 surah
Al-Baqarah yang mengumpamakan orang-orang makan riba yang ditipu oleh hawa
nafsunya, itu diserupakan dengan orang yang sempoyongan karena kesurupan setan.
c. Matsalil Qur’an dapat mengumpulkan makna indah yang menarik
dalam ungkapan yang singkat padat. Contohnya seperti dalam ayat 53 surah
Al-Mu’minin : “Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi
mereka”.
d. Mendorong orang giat beramal melakukan hal-hal yang dijadikan
perumpamaan yang menarik dalam Al-Qur’an. Contohnya seperti dalam ayat 261
surah Al-Baqarah, yang bisa mendorong orang giat bersedekah atau memberi
nafkah.
e. Menghindarkan orang dari perbuatan tercela yang dijadikan
perumpamaan dalam Al-Qur’an, setelah dipahami kejelekan perbuatan tersebut.
Contohnya ayat 12 surah Al-Hujarat, yang bisa menghindarkan orang dari
menggunjing orang lain. “ Dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian
yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya.
f. Memberikan pujian kepada pelaku, seperti disebutkan dalam firman
Allah pada surat Al-Fath (48) ayat 29
g. “Demikianlah perumpamaan (masal) mereka dalam taurat dan
perumpamaan (masal) mereke dalam injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan
tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah ia
dan tegak lurus di atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya, karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin).” (QS Al-Fath:29).
h. Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam
memberikan nasihat,lebih kuat dalam memberikan peringatan, dan lebih dapat
memuaskan hati. Allah banyak menyebut amtsal di dalam Al-Qur’an untuk
peringatan dan pelajaran. Ia berfirman:
i.
“Dan sungguh kami telah
membuat bagi manusia di dalam Qur’an ini setiap macam perumpamaan (masal)
supaya mereka mendapat pelajaran.” (QS Az-Zumar:27)
“Dan perumpaman-perumpaman (amtsal) itu
kami buat untuk manusia dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang
berilmu.” (QS Al-Ankabut:43)
6.
Fungsi Amsalil Qur’an
Dari
berbagai faedah dan ayat-ayat amtsal Al-Qur’an maka dapat dikatakan bahwa
tujuan dari amtsal adalah :
A.
Agar manusia
menjadikannya sebagai pelajaran dan bahan renungan dalam arti contoh yang baik.
B.
Untuk
dijadikan sebagai teladan yang baik dan perumpamaan yang jelek sedapat mungkin
dihindari.
C.
Agar manusia
menjadikannya sebagai pelajaran dan bahan renungan sehingga mereka terbimbing
ke jalan yang benar demi meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
7.
Pandangan Para Ulama
Di dalam Amtsalil Qur’an
terdapat beberapa pendapat para ulama di antaranya:[7]
a. Menurut ulama ahli ‘Adab, amtsal adalah ucapan yang banyak
menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan sesuatu yang dituju.
b. Menurut ulama ahli Bayan, amtsal adalah ungkapan majaz yang
disamakan dengan asalnya karena adanya persamaan, yang dalam ilmu balaghoh
disebut tasyabih.
c. Menurut ulama ahli tafsir adalah menampakkan pengertian yang
abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik yang mengena dalam jiwa.
a. Sebagian para ulama menganggap amtsal mursalah telah keluar dari
etika al-qur’an. Menurut Ar-Razi ada sebagian orang-orang yang menjadikan ayat
lakum dinukum waliyadin sebagai perumpamaan ketika mereka lalai dan tak mau
menaati perintah Allah. Bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan sebab Allah
tidak menurunkan ayat ini untuk dijadikan perumpamaan tetapi untuk diteliti,
direnungkan dan diamalkan.
b. Sebagian ulama lain beranggapaan bahwa mempergunakan amtsal
mursalah itu boleh saja karena amtsal, termasuk amtsal mursalah lebih berkesan
dan dapat mempengaruhi jiwa manusia.
Bentuk amtsal menurut pengertian ini adalah
bentuk isti’aarah tamtsiiliyyah, yakni
kiasan yang menyerupakan. Seperti:
وَمَا الْمَالُ وَالْأَهْلُوْنَ إِلِّا
وَدَائِعُ ◊
وَلَا
بُدَّ
يَوْمًا
أَنْ
تُرَدَّ
الْوَدَائِعُ
Tiadalah harta dan keluarga melainkan bagaikan titipan, pada suatu hari
titipan itu pasti akan dikembalikan.
Dalam syair tersebut, tampak
jelas penyair menyerupakan harta dan keluarga dengan benda titipan yang
dititipkan oleh seseorang kepada kita, yang sama-sama bisa diambil
sewaktu-waktu oleh orang yang menitipkannya. Allah-lah pemilik segala yang ada
di alam semesta ini.
8.
Rukun Amtsal
Apakah kalian tahu siapa
yang pertama kali menyusun ilmu Amtsalul Quran? Benar, yang yang pertama kali
menyusun ilmu amtsal ialah Syaikh Abdur Rahman Muhammad bin Husain
An-naisaburi. Kemudian disusul oleh Imam Abdul Hasan bin Muhammad Al-Mawardi,
Ibnu Qayyim dan Jalaludin As-Suyuti. Ahli balaghah mensyaratkan bahwa tamsil
itu harus memenuhi beberapa ketentuan yaitu: bentuk kalimatnya ringkas, isi
maknanya mengena dengan tepat, perumpaannya baik dan sampiran atau kinayahnya
harus indah.
Sebagian ulama mengatakan
amtsal memiliki empat unsur, yaitu:
a.
(وجه الشبه) Wajhu
Syabah/ segi perumpamaan.
b.
(اداة التشبيه) Adatu
Tasybih/ alat yang digunakan untuk tasybih. Yaitu kaf, mitsil, kaanna dan
semua lafadz yang menunjukkan makna perseruan
c.
(مشبه) Musyabbah/ yang
diseumpamakan.
d.
(مشبه به) Musyabbah bih/
Sesuatu yang dijadikan perumpamaan
Sebagai contoh firman
Allah SWT:
مثل الذين ينفقون أموالهم فى سبيل الله
كمثل حبّة أنبتت سبع سنابل فى كل سنبلة مائة حبّة , والله يضعف لمن يشاء, والله
سميع عليم
Artinya:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan
Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 26)
Penjelasannya, Wajhu Syabah
pada ayat di atas adalah “pertumbuhan yang berlipat-lipat”. Ada satu tasybihnya
adalah kata ‘matsal’. Musyabbahnya adalah infaq atau shadaqah di jalan Allah.
Sedangkan musyabbah bihnya adalah benih.[9]
9.
Macam-macam Amtsalul Quran
Amtsal dalam Al-Quran ada
tiga macam, yaitu:
a. Amtsal Musharrahah
Yaitu amtsal yang tegas dan jelas
menggunakan kata-kata perumpamaan. Di dalamnya ada lafadz matsal atau yang
menunjuk kepada tasybih.[10]
Contohnya firman Allah tentang
orang-orang munafik: (QS. Al-Baqarah : 17-20)
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang
yang menyalakan api. Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah
hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan,
tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan
kembali (ke jalan yang benar) atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan
lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat. Mereka menyumbat
telinganya dengan anak jarinya karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan
mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu
menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka
berjalan di bawah sinar itu dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti.
Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan
mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.”
Dalam ayat-ayat di atas Allah membuat dua
perumpamaan bagi orang munafik:
Matsal yang berkenaan dengan api
Allah Swt menyebut orang munafik bagaikan
orang yang menyalakan api untuk penerangan dan manfaat. Mengingat mereka
memperoleh manfaat materi dengan sebab masuk Islam. Namun di sisi lain, Islam
tidak memberikan pengaruh cahayanya kepada hati mereka. Kenapa? karena Allah
Swt menghilangkan cahaya yang ada dalam api itu. “Allah hilangkan cahaya (yang
menyinari) mereka…”
Matsal yang berkenaan dengan air
“…atau seperti (orang-orang yang ditimpa)
hujan lebat dari langit…”
Allah Swt menyerupakan orang munafik
dengan keadaan orang yang ditimpa hujan lebat yang disertai gelap gulita,
gemuruh dan kilat. Sehingga rusaklah segenap kekuatan orang itu dan ia
meletakkan jari jemari untuk menyumbat telinga serta memejamkan mata karena
takut petir menimpanya. Ini mengingat bahwa Al-Qur’an dengan segala peringatan,
perintah, larangan dan khitabnya bagi orang munafik tak ubahnya seperti petir
yang turun sambar-menyambar.
b. Amtsal Kaminah
Yaitu amtsal yang tersembunyi. Maksudnya,
lafadz tamsil (pemisalan) nya tidak ditegaskan. Tetapi menunjuk kepada
makna-makna yang indah, menarik dan mempunyai pengaruh tersendiri bila
dipindahkan kepada yang serupa dengannya. Contohnya sebagai berikut:
Ayat-ayat yang senada dengan
perkataan: خير
الامور البسط (Sebaik-baik urusan adalah
pertengahannya) yaitu:
Firman-Nya mengenai shalat:
Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah
Ar-Rahman dengan nama yang mana saja kamu seru. Dia mempunyai Al asmaaul husna
(nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu
dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua
itu” (QS. Al-Isra’ : 110)
Firman Allah mengenai sapi betina:
Mereka menjawab: “Mohonkanlah kepada
Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu?
Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu
adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan antara itu.
Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu” (QS. Al-Baqarah: 68)
Ayat yang senada dengan perkataan ليس
الخبر كالمعاينة (Kabar itu tidak sama
dengan menyaksikan sendiri). Misalnya firman Allah Swt tentang Ibrahim:
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata:
“Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang
mati. Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab: “Aku telah
meyakinkannya akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah
berfirman: “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung lalu cincanglah
semuanya olehmu. (Allah berfirman): “Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit
satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka
datang kepadamu dengan segera.” dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana (QS. Al-Baqarah: 260)
Ayat yang senada dengan perkataan كما
تدين تدان (Sebagaimana kamu telah menghutangkan
maka kamu akan dibayar). Misalnya:
“(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut
angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli
Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi
pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak
(pula) penolong baginya selain dari Allah” (QS. An-Nisa : 123)
Ayat yang senada dengan perkataan لايلدغ
المؤمن من جحرمرتين (Orang mukmin tidak
akan disengat dua kali dari lubang yang sama). Misalnya seperti pada firman
Allah Swt mengenai lisan ya’kub:
Berkata Ya’qub: “Bagaimana aku akan
mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu, kecuali seperti aku telah mempercayakan
saudaranya (Yusuf) kepada kamu dahulu?” Maka Allah adalah sebaik-baik
penjaga dan Dia adalah Maha Penyanyang di antara Para Penyanyang” (QS.
Yusuf : 64)
c. Amtsal Mursalah
Yaitu amtsal yang terlepas. Maksudnya,
kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafadz tasybih secara jelas.
Tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai matsal. Contohnya:
”Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal
ia amat baik bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 216)
“Dan rencana yang jahat itu tidak akan
menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri” (QS. Fathir : 43).
“Betapa banyak golongan yang sedikit
dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah” (QS. Al-baqarah :
249).
“Kamu kira mereka itu bersatusedang hati
mereka terpecah belah” (QS. Al-Hasyr : 14).
Namun, para ulama berbeda pendapat
mengenai ayat-ayat yang mereka namakan amtsal mursalah ini apa atau bagaimana
hukum menggunakannya sebagai matsal.
Sebagian ahli ilmu memandang hal demikian
telah keluar dari adab Al-Quran. Ar-Razy berkata ketika menafsirkan ayat, لكم
دينكم وليدين “Untukmu agamamu dan untukku
agamaku.” (QS. Al-Kafirun [109] : 6)
Sebagian orang menjadikan ayat ini
sebagai matsal (untuk membela, membenarkan perbuatannya ketika meninggalkan
agama/murtad, padahal hal demikian tidak dibenarkan. Sebab Allah menurunkan Al-Quran
bukan untuk dijadikan matsal, tetapi untuk direnungkan dan kemudian diamalkan
isi kandungannya.
10. Faedah/Manfaat Amtsalul Quran
Ada beberapa faedah/manfaat
dari Amtsalul Quran. Di antaranya yaitu:
a. Menonjolkan sesuatu yang hanya dapat dijangkau dengan akal
menjadi bentuk nyata yang dapat dirasakan dan dipahami oleh indra manusia.
b. Menyingkapkan hakikat dari sesuatu yang tidak nampak menjadi
seakan-akan nampak. Contoh:
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah
disebabkan mereka berkata: Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 27)
c. Mengumpulkan makna yang menarik dan indah dalam ungkapan yang
padat, seperti dalam amtsal kaminah dan amtsal mursalah.
d. Memotivasi orang untuk mengikuti perbuatan baik seperti apa yang
digambarkan dalam amtsal. Misalnya Allah Swt membuat matsal bagi keadaan orang
yang menafkahkan harta di jalan Allah Swt. Hal tersebut akan memberikan
kebaikan yang banyak.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan
oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha
Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 261)
e. Menghindarkan diri dari perbuatan negatif
Misalnya firman Allah
tentang larangan mengunjing:
“… dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya…”
(QS. Al-Hujurat : 12)
f. Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam
memberikan nasihat, lebih kuat dalam memberikan peringatan dan lebih dapat
memuaskan hati. Dalam Al-Qur’an Allah swt banyak menyebut amtsal untuk peringatan
dan agar kita dapat mengambil
g. Untuk memuji orang yang diberi mats Seperti pada firman-Nya
tentang para sahabat:“… Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan
sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan
tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia
dan tegak lurus di atas pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin)…” (QS. Al-Fath : 29).
Begitula para sahabat Nabi, pada mulanya
mereka hanya golongan minoritas, kemudian tumbuh berkembang hingga keadaannya
semakin kuat dan mengagumkan hati karena ketaqwaan dan semangat mereka
memperjuangkan agama Islam.
h. Untuk menggambarkan (dengan matsal tersebut) sesuatu yang
mempunyai sifat yang dipandang buruk oleh orang banyak. Misalnya matsal tentang
keadaan orang yang dikaruniai Kitabullah tetapi ia tersesat hingga tidak
mengamalkannya. Firman-Nya:
“Dan bacakanlah kepada mereka berita
orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi
Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia
diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk
orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami
tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia
dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah. Maka perumpamaannya seperti anjing
jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia
mengulurkan lidahnya (juga). Demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah
itu agar mereka berfikir (QS. Al-A’raf : 175-176).
i.
Untuk menjadi hujjah
(argumen) atas kebenaran. Seperti dalam firman Allah dalam Surat An-Nahl ayat
75:
“Allah membuat perumpamaan dengan seorang
hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat berbuat (bertindak) terhadap
sesuatu pun dan seseorang yang Kami beri rezeki yang baik dari kami, lalu
dia menafkahkan sebahagian dari rezeki itu secara sembunyi dan secara
terang-terangan. Adakah mereka sama?”
Nah, itulah beberapa faedah
dari ilmu Amtsalul Quran.
Tujuan Amtsalul
Quran
Allah
menggunakan banyak perumpamaan dalam Al-Quran. Perumpamaan-perumpamaan itu
dimaksudkan agar manusia memperhatikan, memahami, mengambil pelajaran, berpikir
dan selalu mengingat. Firman-Nya:
ولقد ضربنا للناس فى هذاالقرأن من كل
مثل لعلهم يتذكرون
“Sesungguhnya
telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al-Quran ini setiap macam perumpamaan supaya
mereka dapat pelajaran. (QS. Az-Zumar: 27)
لَوْ أَنْزَلْنَا هذاالقرأن على جبل
لرأيته, خاشعا متصدّعا من خشية الله ˆ وتلك الأمثال نضربها للناس لعلهم يتفكرون
Artinya:
”kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung pasti kamu
akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan
perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka
berfikir.” (QS. Al-Hasyr [59] : 21)
Rasulullah
saw bersabda dalam hadits riwayat Abu Hurairah:
إنَّ الْقُرْأَنَ نَزَلَ عَلَى خَمْسَةِ
أَوْجُهٍ حَلَالٍ وَ حَرَامٍ وَ مُحْكَمٍ وَ مُتَشَابِهٍ وَ أَمْثَالٍ
فَاعْلَمُوْا بِالْحَلَالِ وَاجْتَنِبُوْا الْحَرَامَ وَاتَّبِعُوْا الْمُحْكَمَ
وَأَمِنُوْا بِالْمُتَشَابِهِ وَاعْتَبِرُوْا بِالْأَمْثَالِ
“Sesungguhnya Al-Quran
turun dengan menggunakan lima sisi: halal, haram, muhkam, mutasyabih dan
amtsal. Kerjakanlah kehalalannya, tinggalkanlah keharamannya, ikutilah
muhkamnya, imanilah mutasyabihnya dan ambillah pelajaran dari amtsalnya.
Sayangnya
para pembaca sekalian, perumpamaan yang ada di dalam Al-Quran tidak selalu
membuat manusia langsung mengerti, melainkan tetap ada yang mengingkarinya.
Karena memang tidaklah mudah untuk memahami suatu perumpamaan. Makanya, kita
perlu ilmu untuk memahaminya. Dan orang yang berilmulah yang bisa memahaminya.
Firman-Nya:
وتلك الأمثال نضربها للناس, وما يعقلها
الا العلمون
Artinya:
”Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia dan tidak ada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS. Al-Ankabut [29] :
43)
Dari
dalil Al-Quran dan hadits di atas maka jelas bahwa tujuan Amtsal
Al-Quran adalah sebagai teladan dan bahan renungan sehingga manusia
terbimbing menuju jalan yang benar demi meraih kebahagiaan hidup dunia dan
akhirat.
Syeikh
Izzuddin berkata: Sesungguhnya Allah itu membuat perumpamaan-perumpamaan di
dalam Al-Quran hanya untuk mengingatkan dan memberikan nasihat. Adapun
cakupannya yang menunjukkan bertingkat-tingkatnya pahala atau menyebabkan
hilangnya pahala suatu amal atau menunjukkan pujian atau celaan atau semisalnya
maka semua itu menunjukkan kepada hukum-hukum.
Wallahu a’lam
C. KESIMPULAN
Amtsal adalah bentuk
jamak dari masal. Kata masal, misl dan masil adalah sama dengan syabah,
syibh dan syabih, baik lafaz maupun maknanya.
Orang yang kali pertama mengarang ilmu amtsalil Qur’an ialah Syekh Abdur
Rahman Muhammad bin Husein An-Naisaburi (wafat 406 H) dan dilanjutkan oleh Imam
Abdul Hasan Ali bin Muhammad Al-Mawardi (wafat 450 H). Kemudian dilanjutkan
Imam Syamsuddin Muhammad bin Abi Bashrin Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah (wafat 754
H).
Ada beberapa Macam-Macam
Amtsal Al-Qur’an yaitu amtsal musharrahah, amtsal kaminah dan amtsal mursalah.
Shighot shighot amtsal
Al-Qur’an yaitu Sighat tasybih yang jelas (tasybih ash-sharih), Sighat tasybih
yang terselubung (tasybih adh-dhimni), Sighat majaz mursal, Sighat majaz
Murakkab, dan Sighat isyti’arah tamtsisiliyyah.
Faedah Faedah amtsal
Al-Qur’an yaitu
1.
Agar manusia menjadikannya
sebagai pelajaran dan bahan renungan dalam arti contoh yang baik.
2.
Untuk dijadikan sebagai
teladan yang baik dan perumpamaan yang jelek sedapat mungkin dihindari.
3.
Agar manusia menjadikannya
sebagai pelajaran dan bahan renungan sehingga mereka terbimbing ke jalan yang
benar demi meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran
dan Hadits
[1][1]Muhammad Fachri Simatupang, Belajar Mengenal dan Mencintai al-Qur’an,Jakarta: Bulan Bintang,
2002, hal. 131
Syaikh Manna’ Al-Qaththan. Pengantar
Studi Al-Qur’an, Pustaka Al-Kutsar: Jakarta Timur, 2006
Anwar, Rosihon. Ilmu Tafsir,
Pustaka Setia: Bandung. 2000
Al-Khattan,
Manna’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an,PustakaLitera
AntarNusa:
Jakarta.200
http://ruhmannisamufarrahah.blog.com/2010/12/10/ilmu-amtsal-al-quran
Mudzakir. 2011. Studi Ilmu-Ilmi
Al-Qur’an. Bogor : Pustaka Litera Antarnusa.
Teungku
M.Hasbi Ash Shiddiqiy. 2002. Ilmu-ilmu
Al-Qur’an. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Rosihon
Anwar. 2007. Ulum Al-Qur’an. Bandung
: CV Pustaka setia.
Teungku
M.Hasbi Ash Shiddiqiy. 2002. Ilmu-ilmu
Al-Qur’an. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
http://naulia758.blogspot.com/2012/12/amtsal-al-quran.html
[1][1]Muhammad Fachri Simatupang, Belajar
Mengenal dan Mencintai al-Qur’an,Jakarta: Bulan Bintang, 2002, hal. 131
[3] Anwar, Rosihon. Ilmu Tafsir, Pustaka Setia: Bandung. 2000
[4] Al-Quran dan Hadits
[6] Jakarta.200
http://ruhmannisamufarrahah.blog.com/2010/12/10/ilmu-amtsal-al-quran
[7] Teungku M.Hasbi Ash Shiddiqiy. 2002. Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Semarang:
Pustaka Rizki Putra.
[8] Teungku M.Hasbi Ash Shiddiqiy. 2002. Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Semarang:
Pustaka Rizki Putra.
Borgata Hotel Casino & Spa - Jtm Hub
BalasHapusExperience Borgata Hotel 광양 출장샵 Casino & 대전광역 출장샵 Spa, Atlantic City's premier integrated casino resort, with more than 인천광역 출장안마 2,100 전라북도 출장마사지 rooms and suites. Book online and 대구광역 출장샵